Ketahui Bos Yang Buruk Dalam Wawancara

Seorang bos yang baik bisa membuat Anda terlibat dan mengembangkan kemampuan Anda dalam pekerjaan, menghindarkan Anda dari politik kantor, dan bisa mengidentifikasi dan meningkatkan talenta Anda. Namun bos yang buruk bisa membuat sebuah pekerjaan yang menyenangkan dan gaji yang menarik menjadi tidak menarik lagi. Tidak hanya seorang bos buruk akan membuat Anda menjadi tidak menyukai 80% pekerjaan Anda, tapi hubungan Anda di kantor juga menjadi tidak menyenangkan. 


Sebuah penelitian yang dilakukan Universitas Baylor mendapati bahwa stres dan ketegangan yang disebabkan oleh bos yang kasar, berdampak pada hubungan pernikahan dan keluarga karyawan. 

Merideth Ferguson, PH.D., salah satu peneliti studi tersebut dan asisten profesor manajemen dan entrepreneurship di Baylor menjelaskan bahwa atasan yang kasar tidak hanya meningkatkan ketegangan dalam sebuah relasi, namun karyawan juga kurang termotivasi atau kurang mampu terlibat dalam interaksi positif dengan pasangan dan anggota keluarga lainnya. 

Nah salah satu cara untuk mengenali apakah calon atasan Anda itu baik atau buruk, adalah pada wawancara. Berikut lima cara untuk mengetahuinya dalam sebuah wawancara:

1. Penggunaan pilihan kata.
Konsultan performance John Brubaker mengatakan bahwa pilihan kata dan konteks bisa menggambarkan karakter pimpinan. Jika pewawancara Anda menggunakan kata “kamu” dalam informasi komunikasi yang negatif (misalnya “Kamu akan berhadapan dengan banyak ambiguitas”), jangan mengharapkan bos menjadi mentor Anda. Jika calon bos menggunakan kata “Saya” untuk menggambarkan kesuksesan departemen, maka ini juga kurang bagus. Namun jika pewawancara menggunakan kata “kami” dalam kaitannya dengan tantangan-tantangan tertentu dalam tim atau perusahaan, ini menggambarkan bahwa bos ini bertanggungjawab. 

2. Memahami atau tidak tentang hobi Anda.
Ada garis tipis antara hubungan yang tulus dan menggali informasi, jadi berhati-hatilah. Jika Anda memiliki impresi yang baik secara keseluruhan tentang bos potensial Anda, maka bisa jadi bos Anda ini memang tertarik dengan kegiatan amal yang Anda lakukan atau sekadar ingin mengetahui Anda. Di lain pihak, pewawancara kemungkinan mencoba menentukan apakah Anda terlalu banyak komitmen di luar pekerjaan. 

3. Mereka mudah teralihkan perhatiannya.
Inilah era email, Blackberry, dan ponsel cerdas yang menjadikan setiap orang merasa oke untuk mengabaikan orang yang diajak bicara atas nama pekerjaan. Namun apa pun perannya dalam sebuah perusahaan, pewawancara seharinya memiliki impresi yang baik dengan cara mematikan teknologi yang bisa membuatnya tidak konsentrasi pada Anda. Jika ia dengan mudah melihat email saat Anda berbicara, bahkan menerima telepon, jangan mengharapkan bos Anda memiliki waktu untuk Anda.

4. Mereka tidak memberikan Anda jawaban langsung.
Caren Golberg, Ph.D. profesor di Kogod School of Business at American University, mengatakan bahwa kunci “bicara” adalah jawaban yang tegas pada pertanyaan Anda. Amati jeda pada jawabannya, kecanggungannya, atau respons yang tidak wajar atas pertanyaan Anda tentang pekerjaan Anda. Seluruh jawaban ini bisa mengidentifikasikan tidak hanya apakah bos ini adalah orang yang ingin Anda ajak bekerjasama, tapi juga apakah pendapatan yang ditawarkan cukup kompetitif. 

5. Mereka memiliki rekor atau catatan.
Tanyalah calon bos Anda berapa lama ia berada di perusahaan itu dan dari mana saja ia dulunya bekerja, posisinya. Contohnya, bos yang pindah dari sebuah perusahaan besar ke perusahaan kecil, maka akan memimpin dengan cara formal. Di lain pihak, bos yang berangakt dari seorang wiraswasta, akan memimpin dengan lebih bersemangat dan kreatif.

Sumber: http://www.beritasatu.com/karier/89414-5-cara-mengetahui-bos-yang-buruk-dalam-sebuah-wawancara.html

Pengunjung

Flag Counter